Masih ingat dengan celengan? Zaman kita kecil, celengan adalah salah satu alat didik untuk belajar menabung di kalangan anak-anak. Setiap ada sisa uang, kita sering memasukkannya ke dalam celengan. Saat celengan kita penuh, dengan senang hati dan penuh rasa penasaran kita memecahkan atau membuka celengan kita. Melihat isi celengan yang cukup banyak pun membuat kita gembira, ingin beli ini, ingin beli itu.
Terkait dengan celengan ini, Pustaka Hanan akhirnya membuat celengan juga sebagai tabungan untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar kita. Lho kok harus celengan? ‘Kan sekarang sudah ada rekening bank, lebih simpel, kenapa tidak pakai itu? Ya, memang ada rekening bank, tapi menabung di celengan itu memberi sensasi tersendiri. Semangatnya beda. Secara fisik, kita bisa menyentuh celengan kita, merasakan beratnya, mengintip isi dalamnya, lalu berharap secepatnya akan penuh untuk kemudian dibuka sendiri dengan tangan kita.
Tapi, jangan dikira celengan kita itu bentuknya benar-benar celengan ya, ada lubangnya. Tidak. Celengan kita cuma berbentuk kotak bekas dengan penutupnya yang bisa dibuka-tutup. Celengan ini diperuntukkan bagi program “Tree for Books” yang mulai kita canangkan bulan ini. Isi celengan ini akan diperoleh dari hasil penjualan tanaman-tanaman yang ada di Pustaka Hanan. Nantinya, uang dari hasil penjualan tersebut akan di-alokasi-kan sebagian untuk menambah buku, ditabung untuk menyiapkan tempat bagi perpustakaan, juga untuk sarana dan prasarana pendukung.
Pengen tahu wujud celengan kita? Taraaaa… ini dia! hehe…

Dok. Pribadi
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari celengan ini? Bahwa setiap perpustakaan atau taman baca yang dikelola secara personal maupun komunitas juga harus mulai memikirkan cara lain untuk mendapatkan budget perpustakaan secara mandiri. Tidak melulu mengandalkan bantuan pihak lain. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?
Tentu konteks ini tidak harus kaku dipahami. Selama kita bisa menggalang kebaikan dari orang lain untuk dikembalikan lagi kepada masyarakat, maka itu tetap harus kita lestarikan. Tetapi bagaimana pun, kita juga harus memiliki divisi atau program terpisah untuk finansial perpustakaan. Caranya bagaimana? Coba lihat potensi yang ada di perpustakaan kita atau di sekitar kita. Kira-kira apa yang bisa kita manfaatkan? Adakah yang bisa kita maksimalkan untuk mendapatkan budget? Misalnya berkreasi dengan barang-barang bekas untuk didaur ulang, atau menerbitkan buku, atau seperti dalam kasus kami, menjual tanaman. Ada banyak sekali ide yang bisa kita gali, dan saya yakin, setiap kita pasti punya potensi masing-masing.
Memulai sebuah impian hijau di Pustaka Hanan haruslah berangkat dari dunia hijau juga, dan sepertinya ini bisa jadi awal yang baik. Bagaimana dengan perpustakaan Anda?
Komentar Terbaru