Seumur-umur, baru kali ini saya bertatap muka dan terlibat komunikasi langsung dengan seorang tuna rungu sekaligus tuna wicara. Salah satu pengunjung perpustakaan kami adalah seorang gadis yang tidak bisa mendengar. Sebut saja namanya RH. Meskipun usianya sudah 20-an, tapi penampilan RH masih seperti remaja biasa. Sejak kecil, ia sudah memiliki kelainan pada indra pendengarannya akibat demam tinggi. Orang tua RH sudah melakukan banyak usaha untuk mengobatinya, tetapi mungkin sudah jalannya RH untuk sulit mendengar. Kesulitannya dalam pendengaran menyebabkan ia juga sulit berbicara. Sebenarnya RH bisa berbicara, tapi pengucapannya tidak seperti kita yang normal. Hanya suara-suara gagu atau ucapan tidak sempurna yang keluar dari mulut RH setiap kali ia ingin berbicara kepada saya. Meskipun begitu, saya mengerti apa yang dia maksud ketika berbicara.

Kami berkomunikasi panjang lewat tulisan di telepon genggam. Iya, meskipun RH tuna rungu dan tuna wicara, tapi RH bisa membaca dan menulis. RH bersekolah sampai SMP saja karena di Medan masih sangat terbatas SMA Luar Biasa untuk anak-anak seperti RH. Lagipula, kemauan RH masuk SMA sudah tidak ada lagi meskipun orangtua dan keluarganya sudah memaksa RH melanjutkan pendidikannya.

Saya mengenal RH lewat adik saya. RH adalah adik dari teman adik saya. Rumahnya tidak begitu jauh dari rumah kami. Anaknya unik. Ia selalu datang dengan jalan kaki. Terkadang sendiri, lebih sering bersama teman mainnya dekat rumah. Pernah beberapa kali RH datang beramai-ramai dengan teman-temannya yang masih kecil-kecil, usia SD. Itu karena saya larang ia datang sendirian. Pasalnya, RH pernah datang ke perpustakaan kami malam-malam sendirian tanpa sepengetahuan orangtuanya. Saat itu saya marahi RH dan melarangnya berbuat seperti itu lagi. Besok-besoknya ia selalu datang bersama teman-temannya dan waktunya siang atau sore hari. Malah teman-temannya ikut meminjam buku juga jadinya.

RH yang sedang memilih-milih komik (dok. pribadi)

RH yang sedang memilih-milih komik (dok. pribadi)

RH suka sekali membaca komik. Komik yang dipilihnya pun bukan semua jenis komik, tetapi yang gambar orangnya bagus dan ia suka, juga yang ceritanya lucu atau menarik. Komik yang biasa ia pinjam adalah komik Miiko, komik-komik detektif seperti Detektif Conan, Dog Detective Sherdock, Kindaichi, komik-komik masakan, dan lain-lain. Adiknya RH juga terkadang meminjam komik bertema kedokteran. Pernah saya sodorkan RH buku jenis lain, bukan komik, tapi RH tidak mau. Ia hanya mau komik haha. Syukurnya komik yang kami display memang komik yang tergolong cukup aman.

Saya bersyukur bisa mengenal RH karena akhirnya saya jadi tahu seperti apa berkomunikasi dan bergaul dengan mereka yang sulit berbicara. Ternyata tidak sesulit yang saya kira. Saya juga jadi mengenal banyak anak lewat dirinya. RH rutin datang ke rumah setiap kali ada komik volume terbaru yang masuk di rak.

Harapan saya, semoga nantinya RH mau juga membaca buku lainnya yang bukan komik, atau minimal komik-komik bertema Islam. Dan target saya juga nantinya bisa menyempatkan diri untuk mulai belajar bahasa isyarat bagi mereka yang tuna rungu dan tuna wicara. In sya Allah.

Catatan: Nama orangnya sengaja tidak kami cantumkan karena alasan privasi.